IDENTITAS
NIM : 72154060
Prodi/Sem : Sistem
Informasi/3
Fakultas :
Sains Dan Teknologi
Perguruan Tinggi :
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU)
Dosen Pengampu :
Dr. Ja’far, MA.
Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf
TEMA : Mengenal al-Ahwal: Muraqabah dan Khauf
BUKU 1 : Gerbang Tasawuf (Buku Utama)
Identitas Buku : Ja’far,
(Medan: Perdana Publishing, 2016)
Sub 1 : Al-Muraqabah
Sub 2 : Takut (al-khauf)
Kesimpulan
-
Al-Muraqabah
Menurut Ja’far (85:2016), Ajaran muraqabah merupakan salah satu bentuk
dari al-ahwal. Kata al-muraqabah memang tidak digunakan
Alquran, Menurut al-Qusyairi, muraqabah
didasari oleh Q.S. al-Ahzab/33:52, serta hadis Nabi Muhammad Saw. mengenai al-iman. Al-islam dan al-ihsan, di
mana makna al-ihsan (fa’illam takun tarahu fa innahu yaraka)
merupakan isyarat dari muraqabah yang merupakan ilmu hamba untuk melihat Allah
Swt., dan hati meyakini bahwa Allah Swt. Maha Pengawas, mengetahui keadaannya,
melihat perbuatannya, dan mendengar ucapannya.
Dengan demikian, seorang hamba memiliki keadaan
al-muraqabah, yakni keyakinan seorang salik bahwa dirinya selalu diawasi oleh
Allah Swt. dalam berbagai aktivitasnya, sehingga ia hanya akan melakukan amal
kebaikan dalam hidupnya, dan membenci dan tidak akan ingin melakukan perbuatan
maksiat dan dosa.
-
Takut (al-khauf)
Menurut Ja’far (86:2016), Hakikat takut (al-khauf) dijelaskan secara berulang
kali dalam Alquran, dan dapat ditemukan dalam hadis dan atsar.Hakikat al-khauf
dapat ditemukan
dalam Q.S. al-Fathir/35:28; Q.S. al-Bayyinah/98:8; Q.S. Ali Imran/3:175,
Q.S. al-A’la/87:10, Q.S. al-Rahman/55:46; dan Q.S. al-Sajdah/32:16.
Para sufi telah membicarakan masalah takut (al-khauf) dalam karya-karya mereka.
Menurut al-Qusyairi, “makna takut kepada Allah Swt. adalah takut kepada
siksaan-Nya, baik di dunia maupun akhirat.” Abu al-Qashim al-Hakim mengatakan,
“khauf memiliki dua bentuk : rahbah yakni orang yang berlindung
kepada Allah Swt; dan khasyyah yakni
orang yang ditarik kendali ilmu dan melaksanakan kebenaran.”
Berdasarkan pendapat mereka, al-khauf berarti seorang hamba hanya takut kepada Allah Swt., dan
tidak takut kepada selain-Nya. Takut kepada Allah Swt, adalah takut atas
siksaan-Nya, sehingga seorang hamba akan melaksanakan semua perintah dan
menjauhi segala larangan-Nya.
-
Kesimpulan
Kesimpulan dari seluruhnya
ialah muraqabah merupakan salah satu bentuk dari al-ahwal. Dasar dari muraqabah
ialah Q.S. al-Ahzab/33:52. Jika seorang hamba mempunyai sifat muraqabah, yakni
keyakinan seorang hamba bahwa dirinya selalu diawasi oleh Allah Swt. dalam
aktivitasnya, maka ia hanya akan melakukan amal kebaikan dalam hidupnya, dan
tidak akan melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Sedangkan hakikat takut sudah
dijelaskan secara berulang kali dalam al-qur’an, hadist dan atsar. Khauf ialah
ketakutan seorang hamba yang hanya takut kepada Allah Swt. dan tidak takut
kepada selain-Nya. Takut kepada Allah Swt, adalah takut atas siksaan-Nya,
sehingga seorang hamba akan melaksanakan semua perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya.
BUKU 2 :
Gerbang Tasawuf (Buku
Pembanding)
Identitas Buku : Prof. Dr. M. Solihin M.Ag, (Pustaka Setia, 2008)
Sub
1 : Waspada dan Mawas Diri (Muhasabah dan Muraqabah)
Sub 2 : Berharap dan Takut (Raja’ dan Khauf)
Kesimpulan
-
Waspada dan
Mawas Diri (Muhasabah dan Muraqabah)
Menurut Solihin
(83-84:2008), Waspada dan mawas diri
merupakan dua hal yang saling berkaitan erat. Oleh karena itu, ada sufi yang
mengupasnya secara bersamaan. Waspada dan mawas diri merupakan dua sisi dari tugas
yang sama dalam menundukkan perasaan jasmani yang berupa kombinasi dari
pembawaan nafsu dan amarah.
Adapun mawas diri (muraqabah) adalah meneliti dengan
cermat apakah segala perbuatan sehari-hari telah sesuai atau malah menyimpang
dari yang kehendaki-Nya.
-
Berharap dan
Takut (Raja’ dan Khauf)
Menurut Solihin
(84-86:2008), Bagi kalangan kaum sufi, raja’ dan khauf berjalan seimbang dan saling memengaruhi.
Raja’ menuntut tiga perkara, yaitu:
a. Cinta kepada apa yang diharapkannya
b. Takut harapannya itu hilang.
c. Berusaha untuk mencapainya.
Ahmad Faridh menegaskan bahwa khauf merupakan cambuk
yang digunakan Allah untuk menggiring hamba-hamba-Nya menuju ilmu dan amal,
supaya dengan keduanya itu, mereka dapat dekat kepada Allah. Khauf adalah
kesakitan hati karena membayangkan sesuatu yang ditakuti, yang akan menimpa
diri pada masa yang akan datang. Khauf dapat mencegah hamba berbuat maksiat dan
mendorongnya untuk senantiasa berada dalam ketaatan.
Khauf dan raja’ saling berhubungan. Kekurangan khauf
akan menyebabkan seseorang lalai dan berani berbuat maksiat, sedangkan khauf
yang berlebihan akan menjadikannya putus asa dan pesimis.
.
-
Kesimpulan
Kesimpulan dari seluruh
penjelasan di atas ialah waspada dan mawas diri ialah dua hal yang berkaitan
erat. Mawas diri ialah meneliti dengan cermat apakah segala perbuatan
sehari-hari telah sesuai atau malah menyimpang dari yang kehendaki-Nya.
Sedangkan khauf
dan raja’ berjalan
seimbang dan saling memengaruhi. Khauf itu adalah kesakitan hati karena
membayangkan sesuatu yang ditakuti, khauf dapat mencegah hamba berbuat maksiat
dan mendorongnya untuk senantiasa berada dalam ketaatan.
PERBANDINGAN :
Dari kedua buku yang telah di jelaskan diatas
yaitu buku pertama karangan Ja’far , di
buku ini dijelaskan bahwa muraqabah adalah salah satu bentuk dari al-ahwal yang
dimana dibuku pembanding tidak dijelaskan atau dipaparkan . dasar dari
muraqabah juga dipaparkan yaitu Q.S. al-Ahzab/33:25. sedangkan pada buku pembanding tidak di
paparkan. Dalam pengertian khauf, kedua buku ini memiliki perbedaan, tetapi
tujuan dan maknanya sama. Yaitu takut kepada Allah Swt dan senantiasa berada
dalam ketaatan.