IDENTITAS
NIM : 72154060
Prodi/Sem : Sistem
Informasi/3
Fakultas : Sains Dan
Teknologi
Perguruan Tinggi : Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara (UIN-SU)
Dosen
Pengampu : Dr. Ja’far,
MA.
Mata Kuliah : Akhlak
Tasawuf
TEMA : Peran Hati
Dalam Tasawuf
BUKU
1 : Gerbang Tasawuf (Buku Utama)
Identitas Buku : Ja’far, (Medan:
Perdana Publishing, 2016)
Sub
1 : Peran Hati
dalam Tasawuf
Kesimpulan
-
Peran Hati dalam Tasawuf
Menurut Ja’far (34:2016), Membahas
tentang peran hati didalam ilmu tasawuf. Dikatakan dalam bukunya bahwa dalam
tradisi islam hati adalah salah satu sarana meraih ilmu, jika hati kita tidak
suci dan bersih, maka ilmu yang akan
kita pelajari tidak akan bisa kita pahami. Hati adalah salah satu
subsistem jiwa manusia.
Didalam hati ada potensi hati,
kandungan hati, dan kondisi hati yang bermacam-macam yang dapat mempengaruhi
kondisi jiwa seorang manusia. Hati akan menyesal manakala menjadi kotor, akan
bahagia manakala menjadi bersih dan suci. Islam sangat menganjurkan agar hati
manusia mempunyai kualitas hati yang positif.
Kaum sufi sangat paham bahwa
akal tidak mampu mencapai hakikat Allah SWT jika tidak terdapat hati yang
damai. Karena kelemahan akal bisa ditutupi oleh hati yang damai. Menurut
al-Ghazali “jika seseorang manusia mengenal hatinya, maka ia juga akan mengenal
dirinya”.
-
Kesimpulan
Singkatnya, peran hati sangatlah
penting dalam ilmu tasawuf. Hati harus selalu dihiasi oleh ibadah dan dijauhi
dari nafsu agar hati dapat meraih ilmu dan dapat mencapai hakikat Allah SWT
yaitu dalamilmu tasawuf.
BUKU 2 : Kunci Memahami ILMU TASAWUF (Buku Pembanding)
Identitas Buku :
Dr. Mustafa Zahri, (Surabaya: PT. BINA
ILMU, 1998)
Sub 1 : Ketentraman
Hati dalam Tasawuf
Kesimpulan
-
Ketentraman Hati dalam Tasawuf
Menurut Mustafa Zahri
(37:1998), Didalam buku pembanding ini juga dibahas masalah ketentraman hati
dalam tasawuf. Menurut buku ini kaum sufi banyak mengamalkan zikirullah kepada
Allah SWT sebab itulah hatinya selalu tentram. Allah telah memberi jaminan
ketentraman hati kepada orang-orang yang sering berzikir (Q.S. Ar-Rad 28).
Berkat ketentraman hati, mereka
tidak merasa takut, tidak ragu-ragu dan tidak duka cita. Hidup mereka selalu
sederhana dan bersyukur dalam menjalani hidup, sabar dan ikhlas dalam beribadat
kepada Allah SWT. Karena sikap mereka inilah banyak dari mereka yang dicurigai
sebagai orang yang mematikan semangat kerja, orang yang membahayakan keamanan
dan sesat atau dll. Tetapi karena hati mereka bersih dan suci, mereka tidak
pernah merasa dimusuhi atau memusuhi. Begitu juga dikalangan kaum sufi itu
sendiri, tidak pernah didapati dari mereka pertikaian ataupun perkelahian antar
kaum sufi, walaupun mereka mempunyai bermacam-macam “tarekat” (metode) tetapi
tujuannya sama yaitu mencapai hakekat ketuhanan.
-
Kesimpulan
Kesimpulannya adalah jika kita
ingin mempelajari ilmu tasawuf maka kita harus menerapkan sifat dan sikap kaum
sufi yaitu sering berzikir kepada allah, sabar dan ikhlas bersyukur setiap saat
dan selalu beribadat kepada Allah SWT. Dengan menerapkan sifat itu maka kita
senantiasa akan selalu mengingat Allah SWT, selalu didalam lindungannya dan
selalu diberikan petunjuk oleh-Nya.
PERBANDINGAN : Dari kedua buku di atas didapati persamaan keduanya yaitu hati yang bersih dan suci, tentram dan
damai dan selalu dalam kualitas positif dapat dengan mudah menyerap ilmu
ketuhanan yaitu tasawuf sebagaimana para sufi yang telah menerapkan ilmu
tasawuf dari zaman dahulu. Agar kita lebih memahami bagaimana ilmu ketuhanan
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar